Tanya Psikolog

Kembali Ke diskusi
aku takut bercerita, tapi ketika aku tidak bercerita, tubuhku akan menyimpan tekanan-tekanan itu dan berimbas ke perutku; sebelum, saat dan sesudah makan aku mengalami mual, dapat tekanan pekerjaan aku mual, ada pertengkaran dan suara-suara keras membentak aku mual. aku ingin cerita, tapi sering dianggap mengeluh dan sambat, tapi ketika aku diam dianggap gamau cerita. hal itu berdampak ke hubungan sosialku. Ketika apa yang aku kerjakan salah, aku jadi langsung panik, cemas bahkan gemetar. aku merasa orang-orang membenciku karena kesalahanku, hal itu membuatku tidak bisa berpikir rasional. aku jadi menyalahkan diriku sendiri karena bodoh. lama-lama hal seperti ini membebani kepalaku, kepalaku jadi sakit, tubuhku lelah padahal sudah tidur tepat waktu dan perasaan sesak di dada. aku sering bertanya, kenapa aku sebodoh ini? kenapa aku tidak bisa melakukan ini padahal mudah? aku takut belajar jadinya, aku takut pandangan dan reaksi orang-orang ketika melihatku. apa yang harus ku lakukan?
Dijawab oleh:

CH. Widayanti, S.Psi., M.Si., M.Psi., Psikolog

21 Aug 2025

Psikolog

Terimakasih sudah terbuka bercerita, saya bisa merasakan betapa berat beban yang sedang Anda tanggung saat ini. Dari cerita Anda, saya menangkap bahwa Anda sedang mengalami tekanan perfeksionisme yang cukup tinggi. Perfeksionisme seringkali membuat seseorang merasa harus selalu benar dan sempurna, sehingga ketika ada kesalahan kecil, tubuh dan pikiran langsung bereaksi berlebihan seperti mual, sakit kepala, cemas, sampai menyalahkan diri sendiri.

Reaksi tubuh Anda (mual, sakit kepala, sesak) bukan tanda bahwa Anda “bodoh”, melainkan tanda bahwa tubuh Anda menyimpan stres dan kecemasan yang tidak tersalurkan. Jadi, ini lebih ke kondisi psikologis, bukan karena ada yang salah dengan diri Anda.

Beberapa hal yang bisa mulai Anda coba:

1. Sadari bahwa salah itu wajar. Tidak ada manusia yang bisa selalu benar. Justru dari salah, kita belajar. Cobalah melatih diri untuk melihat kesalahan sebagai proses belajar, bukan kegagalan.

2. Bedakan “kritik” dan “penolakan”. Ketika orang menegur atau memberikan pandangan, itu tidak otomatis berarti mereka membenci Anda. Pikiran kita sering membesar-besarkan rasa takut ditolak.

3. Latihan relaksasi tubuh. Karena stres Anda menumpuk di perut dan dada, coba teknik pernapasan sederhana: tarik napas dalam lewat hidung 4 detik, tahan 4 detik, buang perlahan 6 detik lewat mulut. Ulangi beberapa kali saat mual atau panik datang.

4. Temukan ruang aman untuk bercerita. Jika di lingkungan sekitar Anda sering dianggap “mengeluh”, mungkin coba pilih satu orang yang lebih bisa dipercaya, atau tuangkan lewat tulisan/jurnal. Menulis bisa membantu melepaskan emosi yang tertahan.

5. Ubah cara berbicara ke diri sendiri. Saat muncul pikiran “saya bodoh”, coba latih menggantinya dengan kalimat yang lebih realistis: “Saya sedang belajar, wajar kalau belum bisa sempurna.

6. Pertimbangkan bantuan profesional. Jika gejala seperti mual, sesak, panik, atau gemetar terus berulang dan sangat mengganggu, bertemu psikolog atau psikiater bisa sangat membantu untuk menurunkan kecemasan serta melatih pola pikir yang lebih sehat.

Anda tidak sendirian dalam hal ini. Banyak orang dengan tekanan perfeksionisme mengalami hal yang sama, dan kabar baiknya: kondisi ini bisa dilatih dan dikendalikan perlahan. Saya ingin menekankan bahwa Anda bukan bodoh, Anda sedang berjuang keras di bawah tekanan yang besar.